Yogyakarta,
15 April 2015
Heiiii, kembali lagi
nih. Gak lain gak bukan cuman Niska (yaiyalah, orang blog gue haha) *abaikan*
Udah lama gak ngeblog,
kali ini mau cerita apa yaa? Bagusnya apa? Oiya, ceritain semuaya aja yaaa.
Hahaha pumpung baru ada peristiwa. Mulai dari mana tapi yaa?
Susah memang bekerja di
perusahaan orang lain, kita harus mengikuti prosedur yang ada. Harus mengikuti
peraturan terkutuk yang sebenarnya tidak tercantum di kontrak maupun tulisan,
mereka (bos-bos) hanya menerapkan dan menyampaikannya lewat mulut ke mulut.
Adil? Saya rasa tidak. Kenapa begitu? Karna mereka punya kuasa, betapapun kita
ingin melawan, yang ada kita yang di tendang keluar kerjaan. Karna sebenarnya
bukan kita yang dibutuhkan oleh perusahaan, melainkan kita yang membutuhkan
perusahaan itu. Harus mengikuti semua yang telah ada di perusahaan, termasuk
telatnya penggajian karyawan. Kenapa kali ini saya bahas ini? Karna, bagi
mereka yang bekerja di perusahaan atau instansi-instansi lain dengan kita
sebagai karyawan (buruh/swasta) yang pasti tidak tepat waktu digajinya, pasti
ngerasa kesulitan keuangan. Bagi merek (atasan) yang tinggal ongkang-ongkang
kaki (padahal tanggung jawabnya besar) tidaklah masalah, karna telat gajinyapun
sudah biasa (karna mereka atasan, sekali lagi, karna mereka atasan yang gajinya
2x lipat dari karyawan biasa). Sedangkan bagi kami (karyawan buruh/swasta) yang
pontang-panting mempertahankan peringkat kinerjanya demi (kalo bisa) kenaikan
pangkat atau gaji, merasa dirugikan. Kenapa tidak? Kita udah kerja sampe
semaksimal bahkan melebihi kata maksimal aja gaji telat. Tanggungan keluarga,
bulanan lah misalnya dan bagi anak-anak yang masih sekolah, pasti butuh banyak
dana bukan? Dan kenapa masyarakat Indonesia (tolong di baca atasan-atasan atau direktur
yang mengurusi penggajian karyawan) tidak berpikir seperti itu? Bagaimana
masyarakat (warga) Indonesia bisa maju? Bagi kami (karyawan buruh/swasta) yang
telat digaji sampai 4 (empat) bulan, itu sudah keterlaluan. Bukankah yang
kalian (atasan atau instansi) pekerjakan manusia? Bukan robot yang hanya diisi
dengan baterai manual atau listrik. Menurut kalian (atasan/instansi) bagaimana
nasib ayah/ibu yang bekerja untuk keluarga (untuk anak-anak mereka) yang tidak
digaji? Bagaimana mereka makan? Bagaimana mereka mencukupi kebutuhan
sehari-hari? Jika terus begini bagaimana nasib bangsa? *bahasa gue men, tapi
ini bener kan?* bagi saya pribadi, ini tidaklah adil. Melihat banyaknya
pengangguran dan apa bedanya bila sampai 4 (empat) atau lebih bulan bekerja tidak
digaji? Sama saja dengan bekerja sukarela kan? Setahu saya, seseorang yang
bekerja dengan sukarela adalah seseorang yang kelebihan aseet atau harta dan
tidak banyak tanggungan. Kekayaannyapun bisa menghidupinya sampai 7 (tujuh)
turunan *rada berle, tapi mau gimana lagi? Emang ada yang kayak gitu kan? Di
teori ekonomi ada kok. Dan sepertinya hahaha*.
Dan bagi yang ekonominya
tidak bagus atau rendah, masa iya harus sukarela juga? melucukah instansi itu?
Tidak usah saya sebutin instansi mana saja yang seperti itu, yang pasti ada dan
saya menemui *ngeliat sendiri malah* instansi itu. Apakah mereka (buruh/swasta)
harus berhutang terus menerus tanpa bisa mengembalikan atau malah belum bisa
menggembalikan udah hutang lagi gara-gara belum digaji? Kalian bercanda kan?
Bagi kalian kami (karyawan swasta/buruh) itu apa? Budak yang seperti masa
Belanda? Kerja rodi gitu? Keterlaluan banget bukan? Pandanganku sebagai
mahasiswi, ini sangat memilukan. Katanya Indonesia kaya (memang benar
Indonesianya doang yang kaya, tapi masyarakatnya? Njomplang, maksudnya yang
kaya tambah kaya, yang miskin tambah miris) kok seperti ini? Katanya pakpres
sudah menenuhi syarat bagi kalian (masyarakat Indonesia kecuali saya, karna
saya punya pendapat lain) tapi kenapa belum juga ada perbaikan? Memang,
perbaikan suatu negara itu gak se-signifikan saat peringkat kita di kelas (SD,
SMP, SMA, atau apalah itu) tapi, bukankah tingkah pakpres mencerminkan
masyarakatnya? Dan kenapa suatu instansi akan dihapuskan (atau tidak? Saya
kurang paham, yang pasti tidak seperti pemimpin sebelum-sebelumnya) atau dianak
tirikan? Entahlah ya, kurang paham juga saya. Saya hanya akan membahas
penggajian saja. Ora urusan masalah pakpres ato peranakkannya.
Yuk ah, majuin ekonomi
Indonesia, caranya paling gampang adalah tertibin penggajian karyawan dulu,
baru yang lain. Soal membayar hutang ke luar negeri, bisa dengan pengolahan
hasil bumi sendiri tanpa megirim bahan mentah ke luar negeri dan dikirim ke
Indonesia dengan bentuk bahan siap dijual. Sama aja itu mah, sama aja kita
bayar 2x lipatnya hanya untuk hasil bumi kita sendiri. Indonesia kaya,
masyarakat banyak.. kenapa gak diriin lapangan pekerjaan? Gak harus di jakarta,
di kalimantan masih banyak yang bisa dijadiin tempat kerja, kenapa semua di
ambrukin di timbun di jakarta? Dan kenapa banyak orang yang ingin merantau di
jakarta dengan alasan mencari pekerjaan? Padahal, kalau dipikir Jakarta adalah
ibukota negara, dan udah padat.. kalau semua ngungsi ke sana, niatlah kalian
(masyarakat) untuk menuh-menuhin ibu kota kita. Kasian tau *pendapat saja yaaa,
amatiran ini juga, makanya bahasanya berantakan. Jika ada kritik atau saran,
diperbolehkan. Malah sangat membantu saya* dan abaikan selingan ini. Lanjut
materi.
Sebenernya ketikan
cerita atau lebih ke pendapat ini udah lama, cuman baru bisa posting sekarang,
so.. dimaafkeun yaaa :).
Oke lanjut lagi yaaa,
gini.. bisakah kalian berpikir atau menempatka sebagai mereka (karyawan
buruh/swasta) yang udah lama (baca aja udah lebih dari 3 bulan belum digaji)
gimana rasanya jadi mereka? Gimana mereka mempertahankan hidup? Dengan kalian
(karyawan buruh/swasta) sebagai tulang punggung keluarga? Bingung kan? Ingin
rasanya pasrah. Biaya hidup sehari-hari yang semakin tinggi, pembayaran sekolah
atau kuliah yang semakin mahal, dan kebutuhan lainnya. Belum lagi kalau ada
hutang yang belum lunas dan ada kebutuhan dadakan. Piye jal perasaanmu
(bos/instansi/atasan/perusahaan)?
Cukup tentang penggajian
yaaa, males ngebahasnya. Bakal banyak pembahasan tentang telatnya pembayaran
gaji karyawan, gak sesuai sama kinerja, atau yang lainnya lagi. Masih banyak
dan gak akan ada habisnya.
Sekian dari saya, jika
ada salah (kata atau apapun itu yang mau lo salahin ke gue) mohon maaf, dan
tolong dimaafkeun ya :)
Tertanda ~>
@prabaniska | facebook.com/nischae | ask.fm/prabaniska
0 komentar:
Posting Komentar