Entah mengapa, kurasakan betapa perihnya hati
Teriris, tercecer menggeletak, sedan sedu
Di atas dua bati nisan. tumpukan tanah liat
Taburan bunga-bunga beraroma semerbak
Memandang setiap sudut arah itu
Berurai air mata membasahi pipi
Bak samudera memuntahkan isi
Aku pun demikian tak kuat lagi
Tumpukan tanah dan dua batu itu
Sebenarnya aku belum siap menerima
Dahulu ia yang selalu ada
Dalam indah hari-hariku
Dengannya aku berbagi,
"Mah, hari ini aku dapet nilai bagus"
Pelukan mesara penuh cinta darinya
Pesan, petuah dan nasihat
Selalu saja terngiang-ngiang ditelinga
Kuteringat ketika, ku rasakan cinta
Dari setiap kata-katanya
Kini, kutermenung sendiri.
Kini, beliau telah tiada lagi
Siapa kini pemberi nasihat
Siapa kini penegur dikala khilaf
Siapa kini pemberi pelukan mesra itu
Oh bunda, kepergianmu terasa berat bagiku
Rasanya aku ingin hidup abadi denganmu
Bukan. Tidak mungkin itu.
Oh bunda aku akan selalu mencintaimu
Kau telah kembali kepada cinta dan kasih sayangNya
Tuhan Semesta Alam
Kini kuserahkan kepadamu, wahai Rabb-ku
Allah yang akan cinta dan selamanya ada disampingmu
Dalam nirwana surga penuh dengan keindahan
I Love you, Bunda.
karya mas Wawan Setiawan :) thank's mas ;)
0 komentar:
Posting Komentar