Aku
tahu, Tuhan ga akan memberikan cobaan yang berat dan melampaui batas hamba-Nya.
Aku juga tahu, Tuhan mengerti keadaan kita.. mengerti kondisi kita.. dan Tuhan
yang lebih tahu seberapa kuatnya kita menghadapi cobaan itu. Aku tidak tahu
alasan apa yang di berikan Tuhan, sehingga Ia memberi cobaan berat pada
keluargaku. Aku hanya berfikir, keluargaku terlalu kuat untuk menanggung
semuanya.. cobaan, hinaa, cacian, rintangan bahkan halangan agar kamu tidak
dapat move on pun kami hadapi. Apa
yang terjadi kami serahkan pada-Mu, Tuhan.. kami ga akan goyang dengan
kencangnya angin yang akan menumbangkan akar-akar kekuatan kami.. Mungkin itu
alasan Tuhan memberikan cobaan berat, Ia ingin tahu seberapa kuatnya akar di
keluargaku setelah malaikat yang menjagaku, mempertaruhkan nyawanya hanya demi
kelahiranku Ia ambil.. Ia sayangi. Dan Istri yang sungguh kuat, sungguh sabar,
ikhlas menerima apa yang menjadi beban hidupnya.. entah itu cacian, ejekka,
atau apapun yang membuat beliau sakit hati dan dia menutupinya demi menjaga
keutuhan “suatu keluarga kandung” agar tidak pecah, meskipun itu sangat sakit..
beliau hanya bisa memendamnya, sampai akhirnya ia tak kuasa menahan.. ia
meliapkan rasa sakitnya dengan hal-hal positif, ia menghadap-Mu, Tuhan.. ia
bersama-Mu.. Ia selalu mengadu pada-Mu..
Mungkin
baginya, rasa sakit hatinyalah yang membuat ia sakit.. tekanan batin yang
mendorong si penyakit hadir dalam
tubuhnya. Perlahan tapi pasti, penyakit itu menggerogoti sari makanan yang
harusnya untuk tenaga bagi tubuhnya, tapi malah jadi “perkembangan” bagi si penyakit. Mungkin Tuhan tahu bahwa
mamahku adalah hamba-Nya yang sangat kuat, sabar, ikhlas, dan selalu tawakal
pada-Nya.. alasan itulah mengapa Tuhan memberinya cobaan, cobaan yang bagi kami
sekeluarga sangatlah berat. Cobaan yang benar-benar membuat kami terpukul,
terisak, sakit, sedih, dan harus kuat menghadapinya. Banyak cerita indah
diantara kami, ketika kami masih berempat.. utuh, seperti keluarga yang
sesuangguhnya. Keluarga yang harmonis, penuh dengan canda tawa. Namun tidak
saat kami tahu bahwa mamah / istri mengidap penyakit
itu, semua senyumnya, tawanya, mimik bahagianya seakan terenggut dalam
sekejap mata. Jarang kulihat ia tersenyum tulus, memang... ia selalu tersenyum
dan seakan kuat menghadapi penyakitnya itu, namun.. dibalik itu semua, hatinya
menangis. Mengapa ia belum juga sembuh? Mengapa ia belum juga diangkat
penyakitnya? Mengapa Allah memberinya beban / cobaan yang begitu kuat? Apa dosa
besar yang telah aku lakukan, sehingga aku diberikan teguran seperti ini?
Mungkin pertanyaan-pertanyaan itu yang selalu ia lontarkan kala suami dan
anaknya tak disampingnya...
Berat
baginya untuk menanggungnya sendiri, kami tak bisa berbuat banyak. Hanya do’a
dan berusaha agar ia lekas diangkat penyakitnya, hanya semangat yang kami
tunjukkan agar ia juga optimis dalam kesembuhannya. Ia selalu bilang “Ibu ki
sehat kok, ibu pasti sembuh” begitu senangnya kami saat ia mengatakan kalimat
itu, kami beranggapan kalau ia sangat bersemangat untuk menggapai kemenangannya
dalam kesembuhan. Namun nyatanya, kemenangan yang ia dapat lebih bagus dan
indah dari yang kami harapkan J. Ia sangat
fine sekarang, ia bahagia.. tersenyum ikhlas, ia pulang dengan baju putih
dan selangit pahala yang ia kantongi.. ia celengi. Ia di sayang Tuhan, terlebih
dulu harus ke surga untuk menempati
dan singgah di rumah Allah J sungguh indah tempatnya kini. Sungguh
lebih dari yang kami bayangkan, tidak lagi merasakan sakit. Yang ia rasakan
saat ini hanyalah bahagia dan selalu melihat perkembangan anak-anaknya dari
surga juga melihat suaminya yang begitu ia sayangi, suami yang ia
bangga-banggakan. Suami yang setia menemani kala ia hidup, mendampingi,
membahagiakan..
Heii..
mama sedang melihatku bukan? Jangan sedih jika aku jatuh sakit, hehm... seperti
biasa. Perubahan musin, aku kena flu lah. Tapi tak apa, karna Allah sayang aku J.
Dulu kalo aku sakit, mama pasti mijitin aku dan papah pasti pijiti bagian
jempol kaki. Ukhhh... sakit, terus mama bikinin aku teh manis hangat, nyuruh
makan yang banyak. Istirahat cukup, ga boleh banyak maen. Hahaha asyik yak mah,
mamah juga masakin masakan kesukaan aku. Hehm.. sayangnya sekarang kalo aku
sakit yang bikinin maem ga da L yang ada niska kudu bikin teh manis hangat sendiri, masak sendiri.. yang makan
papa sama adek, tapi.. belum bisa masak santan i L duh kudu belajar nih, oke gapapa mamah pasti
maklum hehe. Love you mah. Anakmu selalu mendo’akanmu, dan mamah akan selalu
hidup di dalam hati mba Ca, Papa, dan Adek J
Salam cinta dari anakmu
Grinas
Prabaniska Kinasih
0 komentar:
Posting Komentar