Long conversation with daddy. Speechlees gue
pas bokap bilang ‘kalau seorang papah, ayah, gak bias berperan ganda itu wajar.
Tapi kalau seorang ibu, mamah, itu harus bias berperan ganda. Kenapa? Karena,
mamah, itu secapek-capeknya dia di kerjaan, dia masih pulang untuk masak, cuci
baju, cuci piring.’ Dalam hati gue : mampus, gue beda banget. Capek dari kerja
ya tidur or makan, mandi tidur. Gak masak, gak cuci piring, dan pokoknya gak
ngerjain pekerjaan rumah. Jadi, ya, siapa yang malas dan siapa yang di
salahkan? Wkwkwk.
Another conversations, kita bicarain
tentang all about economic. Seneng rasanya ngobrol panjang lebar, terbuka
banget, and we try to each other antara anak dan papah. Dari mulai keuangan
perusahaan, kantor, sampai keuangan Negara aja di bahas. Dari mulai zaman pak
harto sampai pak jokowi. Astaga, seriously, perbincangan yang ‘something like
crazy’ banget menurut gue wkwkwk.
Pertama, I just say ‘pah, ternyata
keuangan di *un name* itu so fucek banget. Gila, baru tahu kalau di keuangan
*un name* kayak gitu ancurnya. Yah.. kasihan dong para pekerjanya, gak
sejahtera’. Dan dengan santainya papah cengengesan sambil duduk manis depan tv,
he say ‘baru tahu? Papa mah uda dari dulu. Makanya temen papa yang profesinya
kayak itu pasti diejek. Jadi gak udah kaget sama keuangan negeri kita ini’. Dan
disambung dengan ‘orang perekonomian dan per-keuangannya Indonesia aja belum bisa
di persaiki kok. Beda dengan keuangan indo yang udah baik, udah oke, tapi
keuangan perusahaan *un name* itu masih hancur, itu udah beda banget. Wong,
keuangan Negara aja masih amburadul, apalagi perusahaan.’
Kedua, papah say ‘zaman pak harto dulu
keras, pak harto itu jahat, tapi jahat mengarah ke-kebaikan. Pak harto dulu gak
ada yang berani ngelawan. Sekali pak harto bilang –kamu bunuh dia, kamu gak
selamat- pasti mundur pasukannya. Belum lagi kasus yang dia tutupi, dia pinter
nutupi kasus yang meresahkan masyarakat. Wong, pas ada hutang langsung dibayar.
Zaman pak harto tuh gak ada hutang sampe menumpuk. Dan pak harto ga pake uang Negara,
gak kayak sekarang. Dan lagi, zaman pak harto, pak harto bisa sampai sesukses
dulu, itu gak ketinggalan karna bu Tin. Taman Mini Indonesia Indah, Ancol, itu
yang bikin siapa? Bu Tin, pak harto hanya mendanai, dibalik itu, bu Tin yang
kuat membangun. Dukungan itu yang bikin pak harto kuat. Dulu, gak ada istilah
presiden bisa masuk ka’bah kecuali pak Harto, semua negara selalu hormat sama
pak harto. Sampai akhirnya, pak harto mengalami tekanan. Dipaksa mundur sama
rakyat, diancam dengan penanaman bon di seluruh (bukan seluruhnya, tapi ada 8
bom yang di tanam di Jakarta) Jakarta. Dihadapi pilihan antara rakyat atau
individu, dan dia dengan tegasnya milih keselamatan rakyat. Dia mundur dengan
jaminan rakyat selamat. Padahal mereka gak tahu kalau keruwetan, kerusuhan,
yang tahu dan yang bisa menyelesaikan hanya pak harto, kenapa? Karna pak harto
yang tahu asal muasal kenapa benang itu bisa ruwet/bundet. Akhirnya rakyat
sendiri yang susah kan? Dan dulu seseorang pernah bilang ke pak harto, kalau
keluarga bubrah atau ada miss atau ada konflik, maka negarapun terbelah,
terpecah. Jadi, dulu kedua anak laki-laki pak harto bertengkar, ngerebutin apa
gitu papa lupa, nah salah satu dari mereka pengen menguasai semua, tapi yang
satunya tidak memberikan, jadi tengkar. Bu Tin ketembak, di tembak anaknya
sendiri kalau gak salah, tapi pernyataan dari pak harto, bu tin itu sakit
jantung. Pak harto itu bebannya berat tapi tetep kuat, ya karna ada bu Tin. Karna
dia background nya dari militer. Makanya sekarang ada stiker –piye kabare? Penak
zamanku, tho- begitu’. Gue Cuma bengong doing di dongeng in kayak gitu. Bingung
mau ngomong apaan wkwkwkwk.
Ketiga, perbincangan tentang pasangan. Anjiiiiirrrr.
Anak muda banget bahasannya. Wkwkwkwk. Mulai dari nyokap, mantan pacar, sampe
masalah entahlah apa lagi *lelah* wkwkwkwk. I say, ‘Gini ya, cewek akan merasa
gak sempurna apa bila salah satu yang dia miliki *pribadi* itu hilang. Biar gimanapun
mereka pasti minder. Entah gimana mereka menutupinya, ada kalanya dia mikir –kok
jadi gini, kok aku harus kehilangan salah satu *apapun yang ada dalam dirinya
yang sifatnya fisik* itu pasti ngerasa langsung gak sempurna. Walaupun di depan
dia oke-oke aja, di belakang dia pasti mikir dan minder. No matter what she
feel, she just fake a strong, fake a happy, and fake a smile all she’s day. Why?
She don’t want to see you sad, daddy. Just it. Seberapa kuatnya seorang wanita,
seberapa cueknya wanita, dia pasti memiliki sisi ringkih, sisi yang dimana
seorang tidak akan tahu apa yang sebenarnya dia rasakan. Jadi, ya, gimana ya
ngomongnya? Intinya tidak ada cowok atau laki-laki yang benar-benar tahu
perasaan pasangannya. Pasangan hidupnya.’
And papa, answer, ‘kalau papa dulu gak
gitu’ dan langsung gue potong dengan gak sopannya, ‘yeah.. kan aku bilang semua
laki-laki itu sama saja. Cuma bisa nyakitin, ngerepotin, mau menang sendiri. Kalau
cewek, seegoisnya dia, dia tetep mikirin yang di saying. Udah… jangan di
bantah, kenyataan kok. Cowok kan juga manusia dan tidak dipungkiri cewek juga
manusia, bedanya cewek lebih lemah dan lebih punya hati. Dulu aja ‘para cewek’
nurut-nurut aja tuh ama cowoknya, kalau sekarang, terutama aku, kalau bener ya
nurut, kalau salah ya berani aja. Bodo amat mau di katain apa, wong kita bener.
Dan cowok itu kalau nyinggung tentang fisik cewek kejam. Coba cewek ngetain
cowok, masih ada belas kasihan.’
Then, papa diem lempeng. Abis itu ada
tamu dating, kita silent deh wkwkwkwk.
Udah gitu doing, tapi seru kalau adu
mulut kayak pembicaraan tadi malem. Apa lagi sama papah. Wkwkwk gue dong yang
menang, secara gue diem-diem tapi mengamati. Diem-diem tapi nyablak dan nyletuk
yang menyakiti, pas, tepat sasaran. Hahahaha *ketawa setan*. Gue, mau kalah…
gak mau lagi lah :P *kibas rambut*.
Jadi ya, siapa salah siapa? Siapa nakal
siapa? Siapa ngelawan siapa? Siapa fake siapa wkwkwkwk. Long conversation with daddy. Speechlees gue
pas bokap bilang ‘kalau seorang papah, ayah, gak bias berperan ganda itu wajar.
Tapi kalau seorang ibu, mamah, itu harus bias berperan ganda. Kenapa? Karena,
mamah, itu secapek-capeknya dia di kerjaan, dia masih pulang untuk masak, cuci
baju, cuci piring.’ Dalam hati gue : mampus, gue beda banget. Capek dari kerja
ya tidur or makan, mandi tidur. Gak masak, gak cuci piring, dan pokoknya gak
ngerjain pekerjaan rumah. Jadi, ya, siapa yang malas dan siapa yang di
salahkan? Wkwkwk.
Another conversations, kita bicarain
tentang all about economic. Seneng rasanya ngobrol panjang lebar, terbuka
banget, and we try to each other antara anak dan papah. Dari mulai keuangan
perusahaan, kantor, sampai keuangan Negara aja di bahas. Dari mulai zaman pak
harto sampai pak jokowi. Astaga, seriously, perbincangan yang ‘something like
crazy’ banget menurut gue wkwkwk.
Pertama, I just say ‘pah, ternyata
keuangan di *un name* itu so fucek banget. Gila, baru tahu kalau di keuangan
*un name* kayak gitu ancurnya. Yah.. kasihan dong para pekerjanya, gak
sejahtera’. Dan dengan santainya papah cengengesan sambil duduk manis depan tv,
he say ‘baru tahu? Papa mah uda dari dulu. Makanya temen papa yang profesinya
kayak itu pasti diejek. Jadi gak udah kaget sama keuangan negeri kita ini’. Dan
disambung dengan ‘orang perekonomian dan per-keuangannya Indonesia aja belum bisa
di persaiki kok. Beda dengan keuangan indo yang udah baik, udah oke, tapi
keuangan perusahaan *un name* itu masih hancur, itu udah beda banget. Wong,
keuangan Negara aja masih amburadul, apalagi perusahaan.’
Kedua, papah say ‘zaman pak harto dulu
keras, pak harto itu jahat, tapi jahat mengarah ke-kebaikan. Pak harto dulu gak
ada yang berani ngelawan. Sekali pak harto bilang –kamu bunuh dia, kamu gak
selamat- pasti mundur pasukannya. Belum lagi kasus yang dia tutupi, dia pinter
nutupi kasus yang meresahkan masyarakat. Wong, pas ada hutang langsung dibayar.
Zaman pak harto tuh gak ada hutang sampe menumpuk. Dan pak harto ga pake uang Negara,
gak kayak sekarang. Dan lagi, zaman pak harto, pak harto bisa sampai sesukses
dulu, itu gak ketinggalan karna bu Tin. Taman Mini Indonesia Indah, Ancol, itu
yang bikin siapa? Bu Tin, pak harto hanya mendanai, dibalik itu, bu Tin yang
kuat membangun. Dukungan itu yang bikin pak harto kuat. Dulu, gak ada istilah
presiden bisa masuk ka’bah kecuali pak Harto, semua negara selalu hormat sama
pak harto. Sampai akhirnya, pak harto mengalami tekanan. Dipaksa mundur sama
rakyat, diancam dengan penanaman bon di seluruh (bukan seluruhnya, tapi ada 8
bom yang di tanam di Jakarta) Jakarta. Dihadapi pilihan antara rakyat atau
individu, dan dia dengan tegasnya milih keselamatan rakyat. Dia mundur dengan
jaminan rakyat selamat. Padahal mereka gak tahu kalau keruwetan, kerusuhan,
yang tahu dan yang bisa menyelesaikan hanya pak harto, kenapa? Karna pak harto
yang tahu asal muasal kenapa benang itu bisa ruwet/bundet. Akhirnya rakyat
sendiri yang susah kan? Dan dulu seseorang pernah bilang ke pak harto, kalau
keluarga bubrah atau ada miss atau ada konflik, maka negarapun terbelah,
terpecah. Jadi, dulu kedua anak laki-laki pak harto bertengkar, ngerebutin apa
gitu papa lupa, nah salah satu dari mereka pengen menguasai semua, tapi yang
satunya tidak memberikan, jadi tengkar. Bu Tin ketembak, di tembak anaknya
sendiri kalau gak salah, tapi pernyataan dari pak harto, bu tin itu sakit
jantung. Pak harto itu bebannya berat tapi tetep kuat, ya karna ada bu Tin. Karna
dia background nya dari militer. Makanya sekarang ada stiker –piye kabare? Penak
zamanku, tho- begitu’. Gue Cuma bengong doing di dongeng in kayak gitu. Bingung
mau ngomong apaan wkwkwkwk.
Ketiga, perbincangan tentang pasangan. Anjiiiiirrrr.
Anak muda banget bahasannya. Wkwkwkwk. Mulai dari nyokap, mantan pacar, sampe
masalah entahlah apa lagi *lelah* wkwkwkwk. I say, ‘Gini ya, cewek akan merasa
gak sempurna apa bila salah satu yang dia miliki *pribadi* itu hilang. Biar gimanapun
mereka pasti minder. Entah gimana mereka menutupinya, ada kalanya dia mikir –kok
jadi gini, kok aku harus kehilangan salah satu *apapun yang ada dalam dirinya
yang sifatnya fisik* itu pasti ngerasa langsung gak sempurna. Walaupun di depan
dia oke-oke aja, di belakang dia pasti mikir dan minder. No matter what she
feel, she just fake a strong, fake a happy, and fake a smile all she’s day. Why?
She don’t want to see you sad, daddy. Just it. Seberapa kuatnya seorang wanita,
seberapa cueknya wanita, dia pasti memiliki sisi ringkih, sisi yang dimana
seorang tidak akan tahu apa yang sebenarnya dia rasakan. Jadi, ya, gimana ya
ngomongnya? Intinya tidak ada cowok atau laki-laki yang benar-benar tahu
perasaan pasangannya. Pasangan hidupnya.’
And papa, answer, ‘kalau papa dulu gak
gitu’ dan langsung gue potong dengan gak sopannya, ‘yeah.. kan aku bilang semua
laki-laki itu sama saja. Cuma bisa nyakitin, ngerepotin, mau menang sendiri. Kalau
cewek, seegoisnya dia, dia tetep mikirin yang di saying. Udah… jangan di
bantah, kenyataan kok. Cowok kan juga manusia dan tidak dipungkiri cewek juga
manusia, bedanya cewek lebih lemah dan lebih punya hati. Dulu aja ‘para cewek’
nurut-nurut aja tuh ama cowoknya, kalau sekarang, terutama aku, kalau bener ya
nurut, kalau salah ya berani aja. Bodo amat mau di katain apa, wong kita bener.
Dan cowok itu kalau nyinggung tentang fisik cewek kejam. Coba cewek ngetain
cowok, masih ada belas kasihan.’
Then, papa diem lempeng. Abis itu ada
tamu dating, kita silent deh wkwkwkwk.
Udah gitu doing, tapi seru kalau adu
mulut kayak pembicaraan tadi malem. Apa lagi sama papah. Wkwkwk gue dong yang
menang, secara gue diem-diem tapi mengamati. Diem-diem tapi nyablak dan nyletuk
yang menyakiti, pas, tepat sasaran. Hahahaha *ketawa setan*. Gue, mau kalah…
gak mau lagi lah :P *kibas rambut*.
Jadi ya, siapa salah siapa? Siapa nakal
siapa? Siapa ngelawan siapa? Siapa fake siapa wkwkwkwk.
0 komentar:
Posting Komentar