RSS

About

conversation with papah :))

Long conversation with daddy. Speechlees gue pas bokap bilang ‘kalau seorang papah, ayah, gak bias berperan ganda itu wajar. Tapi kalau seorang ibu, mamah, itu harus bias berperan ganda. Kenapa? Karena, mamah, itu secapek-capeknya dia di kerjaan, dia masih pulang untuk masak, cuci baju, cuci piring.’ Dalam hati gue : mampus, gue beda banget. Capek dari kerja ya tidur or makan, mandi tidur. Gak masak, gak cuci piring, dan pokoknya gak ngerjain pekerjaan rumah. Jadi, ya, siapa yang malas dan siapa yang di salahkan? Wkwkwk.

Another conversations, kita bicarain tentang all about economic. Seneng rasanya ngobrol panjang lebar, terbuka banget, and we try to each other antara anak dan papah. Dari mulai keuangan perusahaan, kantor, sampai keuangan Negara aja di bahas. Dari mulai zaman pak harto sampai pak jokowi. Astaga, seriously, perbincangan yang ‘something like crazy’ banget menurut gue wkwkwk.

Pertama, I just say ‘pah, ternyata keuangan di *un name* itu so fucek banget. Gila, baru tahu kalau di keuangan *un name* kayak gitu ancurnya. Yah.. kasihan dong para pekerjanya, gak sejahtera’. Dan dengan santainya papah cengengesan sambil duduk manis depan tv, he say ‘baru tahu? Papa mah uda dari dulu. Makanya temen papa yang profesinya kayak itu pasti diejek. Jadi gak udah kaget sama keuangan negeri kita ini’. Dan disambung dengan ‘orang perekonomian dan per-keuangannya Indonesia aja belum bisa di persaiki kok. Beda dengan keuangan indo yang udah baik, udah oke, tapi keuangan perusahaan *un name* itu masih hancur, itu udah beda banget. Wong, keuangan Negara aja masih amburadul, apalagi perusahaan.’

Kedua, papah say ‘zaman pak harto dulu keras, pak harto itu jahat, tapi jahat mengarah ke-kebaikan. Pak harto dulu gak ada yang berani ngelawan. Sekali pak harto bilang –kamu bunuh dia, kamu gak selamat- pasti mundur pasukannya. Belum lagi kasus yang dia tutupi, dia pinter nutupi kasus yang meresahkan masyarakat. Wong, pas ada hutang langsung dibayar. Zaman pak harto tuh gak ada hutang sampe menumpuk. Dan pak harto ga pake uang Negara, gak kayak sekarang. Dan lagi, zaman pak harto, pak harto bisa sampai sesukses dulu, itu gak ketinggalan karna bu Tin. Taman Mini Indonesia Indah, Ancol, itu yang bikin siapa? Bu Tin, pak harto hanya mendanai, dibalik itu, bu Tin yang kuat membangun. Dukungan itu yang bikin pak harto kuat. Dulu, gak ada istilah presiden bisa masuk ka’bah kecuali pak Harto, semua negara selalu hormat sama pak harto. Sampai akhirnya, pak harto mengalami tekanan. Dipaksa mundur sama rakyat, diancam dengan penanaman bon di seluruh (bukan seluruhnya, tapi ada 8 bom yang di tanam di Jakarta) Jakarta. Dihadapi pilihan antara rakyat atau individu, dan dia dengan tegasnya milih keselamatan rakyat. Dia mundur dengan jaminan rakyat selamat. Padahal mereka gak tahu kalau keruwetan, kerusuhan, yang tahu dan yang bisa menyelesaikan hanya pak harto, kenapa? Karna pak harto yang tahu asal muasal kenapa benang itu bisa ruwet/bundet. Akhirnya rakyat sendiri yang susah kan? Dan dulu seseorang pernah bilang ke pak harto, kalau keluarga bubrah atau ada miss atau ada konflik, maka negarapun terbelah, terpecah. Jadi, dulu kedua anak laki-laki pak harto bertengkar, ngerebutin apa gitu papa lupa, nah salah satu dari mereka pengen menguasai semua, tapi yang satunya tidak memberikan, jadi tengkar. Bu Tin ketembak, di tembak anaknya sendiri kalau gak salah, tapi pernyataan dari pak harto, bu tin itu sakit jantung. Pak harto itu bebannya berat tapi tetep kuat, ya karna ada bu Tin. Karna dia background nya dari militer. Makanya sekarang ada stiker –piye kabare? Penak zamanku, tho- begitu’. Gue Cuma bengong doing di dongeng in kayak gitu. Bingung mau ngomong apaan wkwkwkwk.

Ketiga, perbincangan tentang pasangan. Anjiiiiirrrr. Anak muda banget bahasannya. Wkwkwkwk. Mulai dari nyokap, mantan pacar, sampe masalah entahlah apa lagi *lelah* wkwkwkwk. I say, ‘Gini ya, cewek akan merasa gak sempurna apa bila salah satu yang dia miliki *pribadi* itu hilang. Biar gimanapun mereka pasti minder. Entah gimana mereka menutupinya, ada kalanya dia mikir –kok jadi gini, kok aku harus kehilangan salah satu *apapun yang ada dalam dirinya yang sifatnya fisik* itu pasti ngerasa langsung gak sempurna. Walaupun di depan dia oke-oke aja, di belakang dia pasti mikir dan minder. No matter what she feel, she just fake a strong, fake a happy, and fake a smile all she’s day. Why? She don’t want to see you sad, daddy. Just it. Seberapa kuatnya seorang wanita, seberapa cueknya wanita, dia pasti memiliki sisi ringkih, sisi yang dimana seorang tidak akan tahu apa yang sebenarnya dia rasakan. Jadi, ya, gimana ya ngomongnya? Intinya tidak ada cowok atau laki-laki yang benar-benar tahu perasaan pasangannya. Pasangan hidupnya.’
And papa, answer, ‘kalau papa dulu gak gitu’ dan langsung gue potong dengan gak sopannya, ‘yeah.. kan aku bilang semua laki-laki itu sama saja. Cuma bisa nyakitin, ngerepotin, mau menang sendiri. Kalau cewek, seegoisnya dia, dia tetep mikirin yang di saying. Udah… jangan di bantah, kenyataan kok. Cowok kan juga manusia dan tidak dipungkiri cewek juga manusia, bedanya cewek lebih lemah dan lebih punya hati. Dulu aja ‘para cewek’ nurut-nurut aja tuh ama cowoknya, kalau sekarang, terutama aku, kalau bener ya nurut, kalau salah ya berani aja. Bodo amat mau di katain apa, wong kita bener. Dan cowok itu kalau nyinggung tentang fisik cewek kejam. Coba cewek ngetain cowok, masih ada belas kasihan.’
Then, papa diem lempeng. Abis itu ada tamu dating, kita silent deh wkwkwkwk.

Udah gitu doing, tapi seru kalau adu mulut kayak pembicaraan tadi malem. Apa lagi sama papah. Wkwkwk gue dong yang menang, secara gue diem-diem tapi mengamati. Diem-diem tapi nyablak dan nyletuk yang menyakiti, pas, tepat sasaran. Hahahaha *ketawa setan*. Gue, mau kalah… gak mau lagi lah :P *kibas rambut*.

Jadi ya, siapa salah siapa? Siapa nakal siapa? Siapa ngelawan siapa? Siapa fake siapa wkwkwkwk.Long conversation with daddy. Speechlees gue pas bokap bilang ‘kalau seorang papah, ayah, gak bias berperan ganda itu wajar. Tapi kalau seorang ibu, mamah, itu harus bias berperan ganda. Kenapa? Karena, mamah, itu secapek-capeknya dia di kerjaan, dia masih pulang untuk masak, cuci baju, cuci piring.’ Dalam hati gue : mampus, gue beda banget. Capek dari kerja ya tidur or makan, mandi tidur. Gak masak, gak cuci piring, dan pokoknya gak ngerjain pekerjaan rumah. Jadi, ya, siapa yang malas dan siapa yang di salahkan? Wkwkwk.

Another conversations, kita bicarain tentang all about economic. Seneng rasanya ngobrol panjang lebar, terbuka banget, and we try to each other antara anak dan papah. Dari mulai keuangan perusahaan, kantor, sampai keuangan Negara aja di bahas. Dari mulai zaman pak harto sampai pak jokowi. Astaga, seriously, perbincangan yang ‘something like crazy’ banget menurut gue wkwkwk.

Pertama, I just say ‘pah, ternyata keuangan di *un name* itu so fucek banget. Gila, baru tahu kalau di keuangan *un name* kayak gitu ancurnya. Yah.. kasihan dong para pekerjanya, gak sejahtera’. Dan dengan santainya papah cengengesan sambil duduk manis depan tv, he say ‘baru tahu? Papa mah uda dari dulu. Makanya temen papa yang profesinya kayak itu pasti diejek. Jadi gak udah kaget sama keuangan negeri kita ini’. Dan disambung dengan ‘orang perekonomian dan per-keuangannya Indonesia aja belum bisa di persaiki kok. Beda dengan keuangan indo yang udah baik, udah oke, tapi keuangan perusahaan *un name* itu masih hancur, itu udah beda banget. Wong, keuangan Negara aja masih amburadul, apalagi perusahaan.’

Kedua, papah say ‘zaman pak harto dulu keras, pak harto itu jahat, tapi jahat mengarah ke-kebaikan. Pak harto dulu gak ada yang berani ngelawan. Sekali pak harto bilang –kamu bunuh dia, kamu gak selamat- pasti mundur pasukannya. Belum lagi kasus yang dia tutupi, dia pinter nutupi kasus yang meresahkan masyarakat. Wong, pas ada hutang langsung dibayar. Zaman pak harto tuh gak ada hutang sampe menumpuk. Dan pak harto ga pake uang Negara, gak kayak sekarang. Dan lagi, zaman pak harto, pak harto bisa sampai sesukses dulu, itu gak ketinggalan karna bu Tin. Taman Mini Indonesia Indah, Ancol, itu yang bikin siapa? Bu Tin, pak harto hanya mendanai, dibalik itu, bu Tin yang kuat membangun. Dukungan itu yang bikin pak harto kuat. Dulu, gak ada istilah presiden bisa masuk ka’bah kecuali pak Harto, semua negara selalu hormat sama pak harto. Sampai akhirnya, pak harto mengalami tekanan. Dipaksa mundur sama rakyat, diancam dengan penanaman bon di seluruh (bukan seluruhnya, tapi ada 8 bom yang di tanam di Jakarta) Jakarta. Dihadapi pilihan antara rakyat atau individu, dan dia dengan tegasnya milih keselamatan rakyat. Dia mundur dengan jaminan rakyat selamat. Padahal mereka gak tahu kalau keruwetan, kerusuhan, yang tahu dan yang bisa menyelesaikan hanya pak harto, kenapa? Karna pak harto yang tahu asal muasal kenapa benang itu bisa ruwet/bundet. Akhirnya rakyat sendiri yang susah kan? Dan dulu seseorang pernah bilang ke pak harto, kalau keluarga bubrah atau ada miss atau ada konflik, maka negarapun terbelah, terpecah. Jadi, dulu kedua anak laki-laki pak harto bertengkar, ngerebutin apa gitu papa lupa, nah salah satu dari mereka pengen menguasai semua, tapi yang satunya tidak memberikan, jadi tengkar. Bu Tin ketembak, di tembak anaknya sendiri kalau gak salah, tapi pernyataan dari pak harto, bu tin itu sakit jantung. Pak harto itu bebannya berat tapi tetep kuat, ya karna ada bu Tin. Karna dia background nya dari militer. Makanya sekarang ada stiker –piye kabare? Penak zamanku, tho- begitu’. Gue Cuma bengong doing di dongeng in kayak gitu. Bingung mau ngomong apaan wkwkwkwk.

Ketiga, perbincangan tentang pasangan. Anjiiiiirrrr. Anak muda banget bahasannya. Wkwkwkwk. Mulai dari nyokap, mantan pacar, sampe masalah entahlah apa lagi *lelah* wkwkwkwk. I say, ‘Gini ya, cewek akan merasa gak sempurna apa bila salah satu yang dia miliki *pribadi* itu hilang. Biar gimanapun mereka pasti minder. Entah gimana mereka menutupinya, ada kalanya dia mikir –kok jadi gini, kok aku harus kehilangan salah satu *apapun yang ada dalam dirinya yang sifatnya fisik* itu pasti ngerasa langsung gak sempurna. Walaupun di depan dia oke-oke aja, di belakang dia pasti mikir dan minder. No matter what she feel, she just fake a strong, fake a happy, and fake a smile all she’s day. Why? She don’t want to see you sad, daddy. Just it. Seberapa kuatnya seorang wanita, seberapa cueknya wanita, dia pasti memiliki sisi ringkih, sisi yang dimana seorang tidak akan tahu apa yang sebenarnya dia rasakan. Jadi, ya, gimana ya ngomongnya? Intinya tidak ada cowok atau laki-laki yang benar-benar tahu perasaan pasangannya. Pasangan hidupnya.’
And papa, answer, ‘kalau papa dulu gak gitu’ dan langsung gue potong dengan gak sopannya, ‘yeah.. kan aku bilang semua laki-laki itu sama saja. Cuma bisa nyakitin, ngerepotin, mau menang sendiri. Kalau cewek, seegoisnya dia, dia tetep mikirin yang di saying. Udah… jangan di bantah, kenyataan kok. Cowok kan juga manusia dan tidak dipungkiri cewek juga manusia, bedanya cewek lebih lemah dan lebih punya hati. Dulu aja ‘para cewek’ nurut-nurut aja tuh ama cowoknya, kalau sekarang, terutama aku, kalau bener ya nurut, kalau salah ya berani aja. Bodo amat mau di katain apa, wong kita bener. Dan cowok itu kalau nyinggung tentang fisik cewek kejam. Coba cewek ngetain cowok, masih ada belas kasihan.’
Then, papa diem lempeng. Abis itu ada tamu dating, kita silent deh wkwkwkwk.

Udah gitu doing, tapi seru kalau adu mulut kayak pembicaraan tadi malem. Apa lagi sama papah. Wkwkwk gue dong yang menang, secara gue diem-diem tapi mengamati. Diem-diem tapi nyablak dan nyletuk yang menyakiti, pas, tepat sasaran. Hahahaha *ketawa setan*. Gue, mau kalah… gak mau lagi lah :P *kibas rambut*.
Jadi ya, siapa salah siapa? Siapa nakal siapa? Siapa ngelawan siapa? Siapa fake siapa wkwkwkwk.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar